Jumat, 28 Oktober 2011

MakaLah Diet


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua sel tubuh membutuhkn makanan yang cukup, makanan merupakan kebutuhan pokok untuk hidup,dan beberapa zat makanan penting sekali untuk kesehatan.bila makanan tidak mengandung zat gizi yang di butuhkan sel tubuh kelancaran kerja fisiologis akan terganggu.

2.1Tujuan

ü Mengetahui pengertian diet

ü Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi diiet dan hubungannya dengan berbagai kondisi

ü Mengetahui cara menyelesaikan masalah

ü Mengetahui kondisi yang berhubungan dengan diet.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian diet

Diet adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau organisme tertentu.[1] Jenis diet sangat dipengaruhi oleh latar belakang asal individu atau keyakinan yang dianut masyarakat tertentu. Walaupun manusia pada dasarnya adalah omnivora, suatu kelompok masyarakat biasanya memiliki preferensi atau pantangan terhadap beberapa jenis makanan.

Berbeda dalam penyebutan di beberapa negara, dalam bahasa Indonesia, kata diet lebih sering ditujukan untuk menyebut suatu upaya menurunkan berat badan atau mengatur asupan nutrisi tertentu. Artikel ini akan membahas mengenai diet dalam pengertian yang kedua.

Dalam pekembangannya, diet dalam konteks upaya mengatur asupan nutrisi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

  • Menurunkan Berat (Massa) Badan misalnya bagi model atau aktris yang ingin menjaga penampilannya.
  • Meningkatkan Berat (Massa) Badan misalnya bagi olahragawan atau atlet binaraga yang ingin meningkatkan massa otot.
  • Pantang Terhadap Makanan Tertentu misalnya bagi penderita diabetes (rendah karbohidrat dan gula).

· Asupan nutrisi seseorang sangat berpengaruh terhadap masssa tubuhnya.

2.2 Faktor yang memengaruhi massa tubuh

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi massa tubuh. Faktor-faktor itu dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup faktor-faktor hereditas seperti gen, regulasi termis, dan metabolisme. Faktor eksternal mencakup aktivitas fisik, dan asupan makanan.

Ø Faktor internal

Faktor internal yang bertanggung jawab terhadap massa tubuh adalah suatu faktor yang tidak dapat dikendalikan secara sadar oleh orang-orang yang melakukan diet.

· Faktor genetik

ü INSIG2

Penelitian yang dilakukan oleh Sekolah Medis Universitas Boston menemukan bahwa gen bernama INSIG2 bertanggung jawab terhadap obesitas. Gen INSIG2 bertanggung jawab dalam menginhibisi sintesis asam lemak dan kolesterol. Beberapa produk protein dari Varian gen INSIG2 memiliki daya inhibisi yang rendah sehingga orang-orang dengan varian gen ini akan cenderung lebih banyak menumpuk lemak di dalam tubuhnya. Sekitar 1 dari sepuluh orang (10%) diduga membawa varian gen ini [2] [3].

ü FTO

Gen lain yang bertanggung jawab terhadap obesitas adalah gen FTO. FTO adalah nama gen yang terletak pada kromosom 16 manusia. Berdasarkan hasil penelitian [4] orang-orang yang memiliki varian tertentu dari FTO dan memiliki pasangan alel homozigot varian tersebut di dalam genomnya (16,4% dari subyek penelitian) memiliki berat badan 3 kg lebih berat dari orang biasa dan memiliki risiko terserang obesitas 1,5 kali lebih besar dari orang biasa.[5]

ü Regulasi termis

Manusia pada dasarnya adalah makhluk berdarah panas yang menghabiskan energi untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Selain membutuhkan energi untuk mempertahankan suhu tubuhnya (rata-rata 37 oC), sejumlah energi juga diperlukan untuk mempertahankan aktivitas organ-organ vital seperti jantung dan paru-paru. Energi yang diperlukan ini berasal dari makanan yang dikonsumsi oleh seseorang.

Umumnya, dalam keadaan tidur, manusia membutuhkan daya sebesar 1 Watt untuk setiap kg berat tubuhnya (manusia dengan tubuh seberat 65 kg akan mengonsumsi daya sekitar 65 Watt, atau kira-kira setara dengan daya yang dibutuhkan untuk menghidupkan dua buah lampu bohlam). Dengan berat tubuh 65 kg, maka konsumsi energi yang dibutuhkan oleh orang itu setiap harinya adalah sekitar 5.500 kilojoule atau 1.400 kilokalori (kkal). Energi yang dibutuhkan manusia untuk sekedar hidup (di dalam kondisi istirahat), tanpa melakukan aktivitas apapun tadi disebut dengan istilah Laju Metabolisme Basal (Basic Metabolite Rate/BMR).

Mekanisme regulasi termis setiap orang berbeda-beda dan konsumsi energi tersebut yang menentukan seberapa banyak nutrisi yang harus dibakar oleh tubuh untuk menghasilkan energi tersebut. Dengan demikian, semakin tinggi BMR seseorang, maka semakin tinggi konsumsi energinya dan orang tersebut membutuhkan lebih banyak makanan untuk mempertahankan aktivitas tubuhnya. Perbedaan jenis kelamin, ras, dan juga tinggi badan memengaruhi nilai BMR. Kondisi psikologis dan suhu udara juga ikut berpengaruh.

Karena kebutuhan total kalori untuk setiap individu berbeda-beda dan tergantung pada jenis kelamin, usia, bahkan etnis. Para ahli gizi umumnya menggunakan Formula Harris Benedict untuk menghasilkan perkiraan yang lebih akurat terhadap nilai BMR seseorang [6]. Alih-alih menghitung sendiri, saat ada banyak situs internet yang telah menyediakan program sederhana untuk menghitung BMR misalnya program bernama BMR Calculator.

ü Metabolisme

Metabolisme, secara singkat, adalah proses pengolahan (pembentukan dan penguraian) zat-zat yang diperlukan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya. Metabolisme lemak merupakan salah satu faktor penentu dalam diet. Seseorang dapat meningkatkan pembakaran lemak dengan meningkatkan massa otot di dalam tubuh. Ketika massa otot meningkat, metabolisme makanan akan meningkat. Proses ini akan meningkatkan nilai BMR dan kebutuhan kalori.

Ø Faktor eksternal

Berdasarkan riset yang dilakukan terhadap populasi penduduk Amerika Serikat, terdapat 60,5% penduduk berusia dewasa mengalami kondisi berat badan berlebih (data tahun 2005)[7]. Berdasarkan data tersebut, beberapa ahli yakin bahwa kebiasaan hidup dan pola makan memegang faktor yang lebih dominan dalam memengaruhi berat badan seseorang bila dibandngkan faktor internal. Dua faktor eksternal yang sangat dominan adalah aktivitas fisik dan asupan nutrisi. Seseorang dapat dengan mudah mengurangi berat badannya tanpa perlu mengonsumsi obat-obatan pembakar lemak dan semacamnya dengan meningkatkan aktivitas serta mengurangi asupan makanan ke dalam tubuhnya.

ü Aktivitas fisik

Untuk melakukan aktivitas fisik, manusia memerlukan sejumlah energi. Jika energi yang diberikan oleh makanan tidak cukup, maka energi diperoleh dari hasil pemecahan lemak di dalam tubuh. Berikut ini adalah contoh aktivitas fisik beserta kalori yang dibakar perjam (dalam kkal/jam) yang diperlukan setiap melakukan aktivitas tersebut .[8]

Aktivitas

50 kg (kkal/jam)

70 kg (kkal/jam)

Bersepeda 10 km/jam

165

240

Bersepeda 20 km/jam

270

410

Berlari 9 km/jam

440

660

Berlari 16 km/jam

850

1.280

Berenang 23 m/menit

185

275

Berjalan 3 km/jam

160

240

ü Asupan nutrisi

Berat badan dapat diturunkan dengan mudah dengan cara membatasi asupan nutrisi. Faktor pengali untuk energi yang umum diterima oleh banyak orang adalah sebagai berikut: 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal, 1 gram protein 4 kkal, dan 1 gram lemak 9 kkal. Dengan menjumlahkan nilai BMR dengan kebutuhan kalori peraktivitas, seseorang dapat dengan mudah memprediksi hasil dietnya.

Jika kalori masuk > kalori keluar, maka sisa kalori akan disimpan dalam tubuh.

Jika kalori masuk < kalori keluar, maka simpanan kalori (lemak) akan digunakan untuk menutupi defisit energi.

Kalori masuk adalah kalori yang diperoleh dari makanan sedangkan kalori keluar adalah kebutuhan kalori untuk BMR ditambah dengan kalori peraktivitas. Misalnya seseorang dengan berat badan 70 kg, memiliki besar energi yang diperlukan untuk Kisaran Metabolisme Basal sebesar 1.450 kkal.

Kalori masuk > Kalori keluar

Energi yang tersisa (165 kkal, dari 2730 kkal - 2565 kkal) akan disimpan dalam tubuh dan salah satu bentuk penumpukan energi tersebut adalah lemak.

ü Makanan diet

World Health Organization (WHO) menganjurkan setiap individu untuk memiliki energi dan berat badan yang sehat dan seimbang [9]. Cara menurunkan berat badan yang dianjurkan adalah dengan memperbanyak aktivitas (berolah raga), mengurangi asupan kalori (mengurangi porsi makan tetapi tetap menjaga nilai gizi). Beberapa gejala yang mungkin menyertai cara diet yang keliru antara lain pingsan, pusing, lemas, dan malnutrisi.

Pada contoh sebelumnya, orang yang kelebihan 165 kkal tadi dapat mengurangi asupan kalorinya dengan memperbanyak aktivitasnya (misalnya berlari selama 1 jam) atau mengganti makan pagi atau makan malamnya dengan makanan lain yang lebih rendah kalorinya (mengganti menu sarapanya dengan hanya mengonsumsi makanan dengan 200 kalori pada saat sarapan atau makan malamnya dapat mempertahankan atau bahkan menurunkan berat badannya).

Saat ini, cukup banyak produk makanan diet yang dijual bebas di pasar Indonesia dengan kalori dan gizi terkontrol. Jenis makanan yang direkomendasikan untuk menemani diet yaitu air minum, gandum, kacang merah, kacang almond, apel, bayam, blueberri, brokoli, salmon, ubi, susu dan kedelai [10].Pengaturan asupan kalori dapat dilakukan dengan mengikuti program-program tersebut. Pengaturan asupan kalori secara mandiri juga dapat dilakukan dengan melihat informasi gizi yang dicantumkan pada kemasan, sesuai dengan ketentuan BPOM.

Berikut adalah contoh makanan dan perkiraan kalorinya.

Makanan atau Minuman

Jumlah (g)

Perkiraan Kalori (kkal)

Jus Apel

248 (1 gelas)

117

Pisang

118 (1 buah)

105

Kue Coklat

64 (1 potong)

235

Coca Cola

330

140

Daging Ayam

86 (1/2 dada)

142

Kopi Instan

179

4

Telur Goreng

46 (1 butir)

92

Es Krim McDonald

66 (1/2 gelas)

133

Susu WRP

25 (1 gelas)

200

Jeruk

131 (1 buah)

62

Kentang

156 (1 buah)

145

Nasi

175 (1 mangkuk)

200

ü Fasa Plato

Fasa plato adalah fase dimana pelaku diet tiba-tiba tidak mengalami penurunan berat badan lagi. Fase ini adalah salah satu fase yang sering dialami oleh para pelaku diet. Pelaku diet dapat saja dengan cepat mengalami penurunan berat badan di awal masa-masa diet tetapi kemudian tidak mengalami penurunan lagi. Hal ini disebabkan karena perubahan kebutuhan kalori di saat berat badan seeorang mengalami penurunan. Karena berat badan seseorang menurun, BMR orang tersebut ikut berubah sehinggal prosi makanan dietnya menjadi tidak tepat lagi. Fase Plato dapat diatasi dengan memperbanyak aktivitas atau mengurangi jumlah kalori yang dikonsumsi tetapi dengan tetap menjaga nilai gizi.

3.2 Hubungan diet dengan berbagai kondisi

A. MALNUTRISI

· Malnutrisi sudah dikenal sejak lama dan telah dicatat dengan baik di negara-negara yang sedang berkembang

· TV dan majalah komersial telah menyiarkan bahwa anak dengan malnutrisi akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan

· Malnutrisi di negara maju seperti USA, telah diidentifikasi dan dinyatakan dalam beberapa keadaan/kondisi dan terjadi pada kelompok populasi tertentu.

· Subklinical defisiensi nutrisi lebih banyak terjadi di negara berkembang dan kelebihan nutrisi selalu tetap di negara maju.

· Masalah malnutrisi di rumah sakit sudah menjadi focus sejak 1970

· Malnutrisi biasanya didefenisikan sebagai kekurangan nutrisi esensial dalam tingkat sel yang disebabkan oleh : psikological, personal, pendidikan, ekonomi, budaya dan factor politik di lingkungan individu

· Malnutrisi diklasifikasikan :

- Defisiensi primer terjadi bila nutrisi esensial khusus kurang dalam diet

- Defisiensi sekundair disebabkan oleh gangguan digesti, absorpsi dan metabolisme

· Malnutrisi bisa terjadi akut hanya sementara dan tidak menyebabkan gangguan dalam waktu lama. Sedangkan kronik berlangsung lama kemungkinan kondisinya sulit untuk pulih.

· Malnutrisi biasa karena kekurangan kalori, protein atau keduanya.

- Kwashiorkor adalah kekurangan protein dengan gejala gangguan pertumbuhan dan perkembangan otot – otot lemah, depigmentasi rambut dan kulit serta oedema.

- Marasmus adalah kurang kalori protein, merupakan kondisi kronik yang dapat menyebabkan kelemahan tubuh dengan gejala atropi otot dan jaringan lemak dengan sedikit oedema dan klien terlihat kurus, muka keriput seperti orang tua.

Tahap – tahap perubahan Dievaluasi oleh

Inadequate

intake

Primary or secondary nutrients deficiency

Tissue desaturation

Biochemical lesion

Clinical symptoms

Clinical trial

Poor absorption

Decreased utilization

Impaired transport

Decreased excretion

Increased need

Dietary history

Blood, urine analysis

Enzyme, metabolite

Analysis

Clinical observation

Anthropometric

measurements

Physical examination

Biochemical methods


B. OBESITAS

· Didefenisikan sebagai kelebihan berat badan 20% ke atas atau BMI diatas 27,8 untuk laki – laki dan 27,3 untuk wanita

· Obesitas harus dibedakan dari overweight yang dihasilkan oleh penambahan otot-otot yang biasanya terjadi pada beberapa atlet

· Obesitas disebabkan karena faktor yang sangat kompleks seperti aspek psikologi, pengetahuan klien tentang diet baik, tapi untuk kontrol diet tidak dapat melakukannya dan kurang aktivitas

· Riwayat diet yang penting dikaji antara lain :

1. Riwayat berat badan

2. Riwayat dan pola makan

3. Konsumsi makanan saat ini

4. Perilaku makan

5. Kebiasaan gerak (latihan)

6. Rasa terhadap makanan ® factor psikologis

· Obesitas dapat mengancam kesehatan seperti :

1. Dapat meningkatkan kejadian : tekanan darah meningkat, masalah kardiovaskuler, gangguan hati dan arthritis

2. Obesitas dapat menyebabkan diabetes type II

3. Obesitas dapat meningkatkan angka kesakitan Gall Bladder

4. Obesitas dapat menyebabkan resiko pembedahan

5. Obesitas dapat menyebabkan keterbatasan gerak

6. Obesitas dapat menurunkan usia harapan hidup dimana orang yang lebih gemuk lebih cepat meninggal.

· Pengkajian obesitas mencakup :

1. Tinggi badan dan berat badan saat ini ® berat badan diatas 20 % atau lebih dari berat badan normal

2. BMI ® biasanya diatas 27,8 untuk laki – laki dan 27,3 untuk wanita

3. Prosentase lemak tubuh

4. Riwayat keluarga atau faktor resiko terjadinya diabetes type II

5. Tekanan darah meningkat, serum lipid : hypertrigliseridemia atau hypercolesterolemia.

6. Kebiasaan makan

7. Pola aktivias fisik

8. Kelainan fungsi sehubungan dengan gangguan jantung, PPOM, osteoarthritis tulang belakang, Hip, lutut (karena harus menahan berat badan)

9. Riwayat obesitas pada masa anak – anak.

C. DIABETES

Diabetes walaupun tidak hanya disebabkan oleh faktor diet atau tingkat aktivitas saja, tapi diabetes biasa berhubungan dengan obesitas, pemilihan makanan yang salah dan gaya hidup. Klien dengan Diabetes Mellitus mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya komplikasi mikro vaskuler, pada saat mengkaji klien dengan Diabetes Mellitus hal – hal yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Tinggi dan berat badan saat ini dibandingkan dengan berat badan untuk tinggi

2. Pola aktivitas sehari – hari

3. Pola konsumsi makanan harian

a. Konsumsi kalori

b. Prosentase karbohidrat, protein dan lemak dalam diet

c. Type konsumsi lemak dalam diet

d. Jumlah serat yang dikonsumsi

e. Jadwal makanan dan koordinasinya dengan aksi insulin

f. Metode menyiapkan makanan

4. Toleransi diet

5. Monitoring glukosa darah dan urine

D. HYPERTENSI

Predisposisi untuk terjadinya hypertensi antara lain : keturunan, jenis kelamin, ras, kegemukan, intake kalsium, dan sensitivitas terhadap sodium. Selain itu alcohol juga mempengaruhi hypertensi serta penggunaan kontrasepsi oral dan gaya hidup.

Pengkajian nutrisi pada klien dengan hypertensi atau resiko untuk terjadinya hypertensi terdiri dari :

1. Berat badan dan factor diet (jumlah sodium, kalsium dan kalori)

2. BMI biasanya 25% s/d 30% diatas berat badan normal

3. Obat-obat yang dimakan

4. Aktivitas fisik dihubungkan dengan toleransi individu

5. Evaluasi terhadap efek dari pemakaian anti hypertensi

E. CORONARY HEART DISEASE

· Faktor resiko mayor untuk terjadinya CHD adalah :

1. Kolesterolemia

2. Hypertensi

3. Merokok

· Faktor resiko lain adalah :

1. Stres emosional

2. Gaya hidup

3. Berat badan lebih

4. Diabetes

5. Kelainan jantung

6. Riwayat keluarga tentang penyakit jantung

7. Usia

8. Jenis kelamin

9. Ras

· The American Heart Associations (1991) merekomendasikan agar orang dewasa sehat adalah dengan cara :

1. Total masukan lemak dibawah 30 % dari kalori

2. Masukan saturated fat dibawah 10 % dari kalori

3. Polyansaturated fat dibawah 10 % dari alkohol

4. Monounsaturated fat dibawah 10 % dari kalori

5. Masukan kolesterol kurang dari 100 mg/1000 kalori tidak lebih dari 300 mg/hari

6. Masukan protein mendekati 15 % dari kalori

7. Masukan karbohidrat 50% - 55% atau lebih dari kalori dengan penekanan pada sumber karbohidrat komplek

8. Masukan sodium kurang dari 1 g/1000 kalori tidak lebih dari 3 g/hari

9. Jika mengkonsumsi alcohol jumlahnya tidak boleh lebih dari 15 % total kalori dan 50 ml etanol setiap hari

10. Total kalori diseimbangkan dengan berat badan

11. Mengkonsumsi makanan secara bervariasi

4.2 Bahaya yang dapat di timbulkan oleh Diet

para ilmuwan telah menemukan, bahwa orang yang diet terlalu ketat hingga membuat dirinya kekurangan gizi, membuat sel-sel otak “memakan” dirinya sendiri. Pada saat yang sama, rasa lapar hanya akan menambah buruk kondisi sel otak. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa sel-sel otak tidak menerima nutrisi yang cukup.

Menurut studi yang dilakukan di Albert Einstein College of Medicine di New York City, sel-sel otak mulai makan dirinya sendiri untuk mengambil keuntungan dari sumber energi terakhir yang tersedia. Proses ini disebut autophagy, dan itu mengarah pada rendahnya komponen internal sel. Demikian yang dinukil dari Genius Beauty, (2011).

Data tersebut diperoleh dari percobaan terhadap tikus yang diberi makanan. Hasilnya menunjukkan bahwa jika proses autophagy terhalang, kelaparan tidak akan mengintensifkan proses diet. Perubahan kimia dalam otak tikus menyebabkan fakta bahwa hewan-hewan kehilangan berat badan secara signifikan, tanpa merasa lapar.

Peneliti percaya bahwa penemuan ini akan menciptakan suatu terapi efektif yang ditujukan untuk penurunan berat badan. Sebagai contoh, mungkin untuk mengembangkan obat tertentu yang harus diambil selama diet. Dan nafsu makan dapat dikendalikan oleh pengaruh kimia pada sel-sel otak.

Para ilmuwan telah menemukan bahwa orang yang selalu diet, mulai “memakan” sel-sel otaknya sendiri. Pada saat yang sama, rasa lapar hanya akan memperburuk keadaan. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa sel-sel tidak menerima nutrisi yang cukup.

BAB 3

PENUTUP

1.2 Kesimpulan

Dalam kehidupan sehari-hari manusia mengahadapi masalah mengenai berat badan dan kondisi-kondisi yang dapat menimbulkan masalah atau penyakit yang menyangkut berat badan ,di makalah ini kami akan membahas mengenai diet dan hubungannya dengan berbagai kondisi tentang berat badan .

1.3 Saran-Saran

Kami dari kelompok 2 merasa Makalah yang kami buat masih jauh dari sempurna, untuk itu kami meminta mengharapkan saran dan kritik yang

membangun agar Makalah yang kami buat dapat menuju kesempurnaan .

Daftar Pustaka

www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar